Monday, October 31, 2011

cerita panas dengan adiku 4

Aku habiskan setangkup sandwich dan mulai memakan setangkup berikutnya sambil rebahan di sofa panjang di ujung karpet di mana Dody sgilag tertidur. TV sgilag menayangkan MTV most wanted, VJ-nya Sarah, kemususan ada lagu dheri Westlife. Boleh juga boys-band sekarang, mereka keren-keren. Karena lelahnya, aku rebahan di sofa sambil merasakan secara perlahan-lahan tubuhku mulai menghangat meskipun cuma diselimuti piyama tipis itu tanpa apa-apa di baliknya. Aku ambil bantal kecil dan menyelipkannya di antara pahaku dan merasakan hangatnya meresap ke dalam tubuku bagian bawah. Dody membalikkan badannya dan tengkurap dan terus tidur nyenyak.



Maksudku detik itu rebahan sebentar kemususan aku masuk kamar ganti baju dan terus tidur di kamar, eh nggak tahunya tanpa terasa aku benar-benar tertidur di sofa detik itu. Biasa saja sebenarnya aku tertidur di sofa dan bukan kali itu saja. Tapi kali itu karena lelahnya aku tidak sempat tukar piyama, atau setidaknya menggunakan sesuatu di baliknya. Sehingga aku tidak menyadheri detik aku tertidur, sesosok mata sgilag menyaksikanku dheri jarak yang begitu dekat. Begitu lelahnya aku sehingga tanpa kusadheri kain piyamaku tersingkap dan ketika kaki kananku tteriakkat dan menyandar di sandaran sofa, selangkanganku yang penuh rambut betul-betul terkuak lebar cuma sekian meter saja dheri seorang anak muda yang sgilag dalam puncak-puncaknya mencheri pengetahuan tentang seks.



Sementara aku sendiri sgilag bermimpi. Dalam mimpiku aku merasa sgilag dituntun Pin-pin sgilag menuruni bukit. Tapi detik itu aku merasakan cuma kami berdua saja dan merasakan tiba di suatu padang yang luas dan penuh dengan rumput-rumput yang tinggi dan hijau muda, dengan bunga-bunganya yang indah. Pin-pin mengajakku beristirahat dan kami rebahan sambil memandangi dataran di bawah yang tampak kotak-kotak seperti puzzle. Pin-pin mendekapku dan aku merasakan dadanya yang luas dan kuat sgilag merengkuhku dengan hangat mengalahkan dinginnya hembusan angin gunung itu.



Kemususan aku merasakan nikmatnya ketika jemheri-jemherinya mulai meremas-remas toketku, putingku dijepitnya dengan jheri tengah dan telunjuk. Aku mulai merengkuh pinggulnya dan menggerakkan tanganku ke selangkangannya dan menemukan bahwa kontol kemaluannya itu telah terkuak sehingga aku bisa merasakan tekstur kulit yang seperti berulir oleh urat-urat yang menonjol. Sementara itu aku merasakan tangannya bergerak menyusup di antara pahaku dan tiba-tiba aku merasakan telah telanjang bulat. Jemherinya mengelus-belai selangkanganku dan mengucek itilku dengan cepat. Aku merasakan nafsu yang makin naik, dan tiba-tiba aku merasakan ada anak-anak kecil berlherian di antara kami. Aku melihat senyuman Pin-pin dan ketika aku meraih wajahnya aku merasakan sesuatu yang hangat mulai masuk perlahan-lahan ke dalam tubuhku melalui selangkanganku.



Gairahku makin naik seiring dengan masuknya kontol kemaluannya itu. Dody meletakkan kedua sikunya di antara dadaku sehingga dadanya menghimpit toketku dan tiba-tiba kurasakan sesuatu yang keras menghentak masuk luabang kemaluanku dan aku merasakan sedikit rasa perih tepat ketika sesuatu menggelitik itilku. Tampaknya semua kontolnya telah masuk. Dia mengangkat pahaku dan membukankah lebar-lebar sebelum dia menherik pinggulnya sehingga kontolnya tertherik keluar perlahan-lahan. Rasanya mulai terasa nikmat. Aku mteriakkulkan tanganku ke lehernya dan tiba-tiba dia menghentakkan pinggulnya dengan kuat.



Ketika aku membuka mata aku akan menjerit tapi segera tertutupi sepasang bibir hangat. Tubuhku tergeletak sebagian di sofa, posisiku sedikit miring sehingga pinggulku berada di pinggiran sofa. Piyamaku terkuak lebar sehingga perut dan dadaku terkuak. Sepasang tangan mteriakkul punggungku dengan kuat di antara piyamaku yang terkuak. Paha kananku terbentang ke sandaran sofa, tertindih pinggul dan perutnya sedangkan paha kiriku berjuntai ke lantai tertahan sebentuk paha kokoh. Tapi bukan itu yang membikinku menjerit. Sesuatu yang keras dan hangat terasa mengganjal di dalam kemaluanku yang terasa seperti tertusuk-tusuk jarum tapi ada sedikit rasa enak ketika ditherik dan ditusukkan lagi perlahan-lahan.



Kesadaranku masih sedikit melayang antara mimpi dan kenyataan dan ketika mulai sadar penuh aku meronta. Dody menindihku dan sgilag bergerak-gerak perlahan menusuk-nusukkan kontol kemaluannya ke dalam saring kepuasanku. Kedua tangannya merengkuh punggungku di antara piyamaku yang terkuak sehingga membikin kedua tanganku berada di antara lehernya. Dadaku terhimpit kuat di bawah dadanya yang telanjang. Pinggulnya terus bergerak-gerak dengan kuat. Aku meronta-ronta sambil menjerit tapi kembali bibirnya menutupi bibirku sehingga jeritanku seperti tertelan suara hujan yang masih saja deras.



Aku menjambak rambutnya dan meronta-rontakan kedua pahaku tapi himpitannya benar-benar kuat. Kedua tangannya mengelus-elus punggungku. Tapi tampaknya tenagaku tak cukup kuat melawan kehendaknya, apalagi kondisiku detik itu begitu lelahnya. Sehingga akhirnya yang terjadi aku menyerah, dan merasakan tubuhnya memompaku dengan cepat dan kuat. Gesekan-gesekan kontol kemaluannya betul-betul mengkanvaskanku. Antara rasa nikmat yang kadang-kadang sempat muncul dan rasa perih yang juga bersamaan terasa, membikinku benar-benar di bawah kungkungan birahinya.



Rasanya lama sekali dia melakukan itu, cukup lama untuk merubah rasa perih yang ada menjadi rasa nikmat yang aneh. Sampai suatu detik Dody melepaskan rangkulannya dan mulai bergerak cepat sekali bergesekan-gesekkan kontol kemaluannya. Meskipun tubuhku lepas dheri kungkungan itu, tapi tubuhku telah tidak sanggup lagi bereaksi terhadap perbuatannya dan membiarkannya menyelesaikannya.



Beberapa detik kemususan Dody seperti menggelinjang dan tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang hangat di dalam saring kepuasanku, sesuatu yang tiba-tiba mengalirkan rasa nyaman yang teramat sangat di tubuhku sebelum aku sadar apa yang terjadi dan bangun sambil berteriak dan mendorong tubuhnya sehingga menekuk kontol kemaluannya yang sgilag menusuk-nusuk sangat cepat ke dalam tubuhku.


“Dod.. jangan di dalam..!” Tapi aku terlambat, Dody telah menyuntikkan sejumlah besar pejuh ke dalam lubang kemaluanku. Dody berkeringat deras dan masih bergerak-gerak cepat ketika aku meronta dan menyebabkan kontol kemaluannya terlepas dheri dalam lubang kemaluanku. Aku melihatnya tampak berkilat, kokoh dan mendongak ke atas, kepala pelernya tampak penuh dan berkilat merah tua, ujung masih sempat menyemprotkan cairan pejuhnya dan jatuh bergerai-gerai di atas rambut kemaluanku, tampak setitik cairan putihnya menetes jatuh ke karpet.



Dengan lemah aku bangun dan menamparnya keras sekali, dan dengan sisa-sisa tenaga aku berlheri masuk ke kamar dan membanting pintunya dengan kuat. Aku menangis sejadi-jadinya di atas ranjang. Kejasusan di sore hheri itu membikinku tak bisa berpikir sampai berhheri-hheri. Bayangkan adikku sendiri memperkosaku justru di detik aku mulai menganggapnya berubah. Meskipun aku sendiri tidak menganggapnya sepenuhnya salah. Aku merasa salah juga detik itu mengapa memberikannya peluang, di detik aku betul-betul lengah. Setidaknya aku berpikir masih untung dia bukanlah adik kandungku sendiri. Aku bahkan tidak bisa bercerita kepada siapa pun. Tidak kepada Papa dan Mama, apalagi kepada Pin-pin. Salah satu pikiran terberatku, bagaimana kalau aku hamil mengingat begitu banyak pejuhnya yang masuk ke dalam saring kepuasanku. Justru bukan di persenggamaannya aku terbebani, malahan kadang-kadang aku masih sering memimpikan apa yang dilakukannya padaku itu. Juga aku bertanya-tanya kenapa tidak ada darah yang keluar, bukankah aku sendiri merasa gak pernah melakukan itu.



Kelegaan aku alami ketika sampai sekian bulan aku tidak pernah telat memperolehkan haid. Tapi sampai berbulan-bulan kemususan aku jarang bertegur sapa dengan Dody, kami seperti dua orang di dua dunia yang berbeda. Dody sibuk dengan urusannya sendiri begitu juga aku. Juga hubunganku dengan Pin-pin jadi agak canggung, kami jadi jarang bercumbu. Aku takut ketahuan Pin-pin bahwa seseorang telah merasakanku sebelumnya. Sekarang Dody telah kusarih di Bandung dan kami jarang-jarang sekali ketemu. Setiap ketemu selalu ada rasa tertentu yang muncul setiap kali dia memandangku. Papa dan Mama selalu bangga pada kami berdua.



--- TAMAT .

No comments:

Post a Comment