Monday, October 31, 2011

cerita panas dengan adiku 1


Namaku Ratih, umurku 21 tahun. Aku tinggal di sebuah kawasan perumahan di Yogyakarta. Aku sekarang sgilag kusarih di sebuah universitas negeri tersohor. Asalku sendiri sebenarnya dheri Surabaya. Orang tuaku cukup kaya sehingga semua kebutuhanku terpenuhi di sini. Adikku juga di sekolahkan di sini, di sebuah SMU Negeri tersohor di Yogyakarta. Jadi kami berdua mengontrak sebuah rumah, gak begitu besar tetapi cukup lengkap. Ada TV, mesin cuci, kulkas, motor untuk masing-masing, komputer dan sambungan internet, dan fasilitas lain yang cukup membikin hidupku tidak kekurangan suatu apapun. Adikku bernama Dody, kelas dua SMU. Anaknya besar, cenderung bongsor tapi nggak gemuk. Tingginya sekarang saja telah hampir 175 cm. Tubuhnya tegap dan atletis. Sgilag aku sendiri sekitar 165-167 cm, wajahku termasuk mengnafsukan (buktinya banyak sekali yang mengejar-ngejar aku), tubuhku agak kurus sedikit, tapi toketku tumbuh sempurna.

Sebenarnya aku cuma mempunyai satu adik laki-laki dan satu kakak perempuan. Jadi kami sekeluarga ada 3 orang. Dody ialah anak pamanku yang meninggal sekeluarga dalam kecelakaan tragis, kecuali Dody ini yang detik itu masih berumur kurang dheri dua bulan. Papa mengambilnya dan memeliharanya sejak kecil. Hanya aku dan kakakku yang tahu kalau dia ini sebenarnya adik angkat. Bahkan Dody sendiri sampai sekarang belum tahu bahwa dia ini ialah anak angkat. Keharuan kami sekeluarga atas nasibnya membikin nyheris tak pernah ada diskusi tentang masalah itu dan menganggapnya sebagai si bungsu.

Dody ialah saudara yang paling akrab denganku. Kadang-kadang kami bercandanya kelewatan, kalau dulu mama sering marah, karena dia sering mengunci pintu kamar mandi kalau aku sgilag mandi, atau kami berduel seperti layaknya dua orang anak laki-laki. Berguling-guling di karpet sampai papa membentak keras karena acara nonton bolanya terganggu, dan kami digiring untuk tidur segera. Kamarku satu kamar dengannya, ketika itu Dody masih kecil. Ketika aku ke Yogyakarta untuk kusarih, Dody masih kelas tiga SMP. Ketika itu aku masih kost, dan mengontrak rumah, setahun kemususan Dody dikirim ke sini untuk sekolah SMA di sini. Karena dia pandai dan mempunyai NEM tinggi, dia diterima di sebuah sekolah Negeri ternama di Yogyakarta. Papa menghadiahkan sebuah motor kepadanya.

Seiring dengan masa sekolahku di sini, aku kena juga yang namanya panah asmara. Yang kuincar ialah seorang cowok kakak angkatanku. Namanya panggilannya Pin-pin, agak lucu kedengarannya, tapi orangnya benar-benar sempurna. Tinggi (mungkin lebih tinggi dheri Dody), badannya bagus banget, pintar sepertinya, dan dheri cerita-cerita yang pernah kudengar, dia bukanlah seorang mata keranjang.

Singkat kata, aku berpacaran dengannya. Tapi seperti yang digheriskan papa, aku tidak boleh begini tidak boleh begitu. Semuanya aku turuti. Untungnya Pin-pin rupanya memang benar-benar cowok yang sempurna, dia cuma berani mencium, meskipun di bibir, tapi tak pernah terus gerilya. Sampai setahun, aku dan Pin-pin terus langgeng saja, dan selama itu tidak ada yang berubah di dalam pengetahuan tentang seks-ku. Artinya aku betul-betul seorang cewek lugu dan polos. Nasihat papa rupanya baru aku tahu dikemususan hheri, rupanya tidak mempan ke Dody. Bayangkan saja, dikemususan hheri ada adegan yang membikinku memandang lain padanya. Pacarnya banyak sekali, dan ganti-ganti pula. Sering dia mencuri-curi waktu mengajak pacar-pacarnya ke rumah detik aku sgilag kusarih. Padahal dia baru kelas 2 SMA.

Kejasusannya begini. Sore itu sekitar pukul 14.00 aku bteriakkat ke kampus untuk mengikuti tutorial, kali ini aku tidak menggunakan motorku sendiri tapi dijemput oleh Pin-pin, pakai Honda Tiger-nya. Dody baru bangun tidur, dan seperti biasa aku cium pipinya terus acak-acak rambutnya dan pamit.
“Bteriakkat dulu ya!”
“Hmm”, wajahnya yang kusut baru bangun, menggeletak lemas di atas meja makan, matanya menatap layar TV, menetap Sarah sgilag siaran.
“Mbak, bawa oleh-oleh ya!”
“Ya nanti tak bawain kucing! Ha.. ha.. ha”, sambil berlheri aku keluar rumah.
“Makan tuh kucing..”

Pin-pin telah siap dengan motornya dan segera kami bteriakkat. Berhubung jarak antara rumah dan sekolah cukup jauh, maka aku bteriakkat setengah jam sebelum jam tutorial dimulai. Saat mau masuk ke halaman kampus, baru ingat aku lupa tidak membawa diktat rekanku. Padahal besok mau dipakai ujian. Tanya sana-sini, secara tidak sengaja tutorialnya diundur satu jam lagi, padahal pula Pin-pin wajib segera balik. Akhirnya aku minta susanterin sampai rumah saja terus nanti ke sininya bteriakkat sendiri.

Sampai depan rumah, pintu tertutup, garasi pun demikian. Aku berusaha membukankah tetapi dikunci. Akhirnya aku buka pintu depan dengan kunciku sendiri. Aku bertanya-tanya apakah Dody keluar kok rumah dikunci begini. Aku segera masuk ke kamar. Aku heran kok pintu kamarku terkuak sedikit. Tanpa berpikir apa-apa aku segera membukankah dan mengambil buku dilaci meja. Ketika aku bergerak tanganku menyentuh monitor komputerku. Lagi-lagi aku heran, kok panas. Tapi sekali lagi karena buru-buru aku memasukkan diktat itu ke dalam tas dan ketika berbalik aku tertegun menyaksikan pemandangan di depanku.

Dody, bercelana pendek tanpa baju berjongkok di bawah cantolan jaketku, sedangkan di sebelahnya berjongkok meringkuk pula seorang cewek, yang sepertinya masih SMU atau malah SMP. Bahunya terkuak, dadanya ditutupinya dengan kaos biru milik di Dody, pacuma terkuak, dan karena posisi jongkoknya, aku melihat segheris lipatan selangkangannya yang masih belum ditumbuhi bulu terlihat berkilat basah membesarik terkena himpitan pacuma. Terlihat jelas, bahwa tanpa kaos biru itu dia telanjang bulat. Dody sendiri meskipun pakai celana pendek, tak sanggup menutupi tonjolan yang tampak makin keras di balik celana pendeknya itu, di ujungnya tampak noktah bening di kain celananya.

Keduanya berwajah panik karena tidak menyangka aku datang secepat itu. Aku terdiam beberapa detik seakan tak percaya adik keakunganku bisa berlaku seperti itu. Aku detik itu pun tak tahu wajib bagaimana bertindak, keduanya benar-benar seperti tikus di pojok ruangan dikepung oleh kucing. Aku melihat lagi ranjangku, baru sadar ada yang tidak beres. Biasanya aku selalu meninggalkan ranjang dalam keadaan rapi, tapi kali ini di permukaannya tampak kusut-kusut yang tampak sedikit lembab. Kali ini aku benar-benar marah.

“Kasarin ngapain di kamarku?” aku berkata nyheris membentak.
Sepertinya kalimatku ini untuk Dody. Dody berdiri, dan menunduk. Sekilas aku melirik selangkangannya. Sepertinya dia masih belum reda, terlihat dheri bentuk permukaan celananya yang tampak mencuat oleh sesuatu dheri dalam. Sementara pacarnya seperti mau menangis, dia menangkupkan kedua tangannya ke wajahnya dan menempelkan lututnya.
“Belum.. ngapa-ngapain kok!”

BERSAMBUNG -----

1 comment:

  1. Casino Junket - Dr.MCD
    Join Dr.MCD today for a great casino getaway. All your 경상남도 출장안마 favorite games and table 안산 출장마사지 games, all of your favorite restaurants and 대전광역 출장샵 entertainment. 삼척 출장샵 Rating: 거제 출장샵 4.4 · ‎5 reviews

    ReplyDelete